NGK – Ada teman saya, katakana saja dia bernama Mus. Dia sedang terpuruk ekonominya. Mus datang kepada mentornya dan bercerita tentang kondisi ekonominya. “Sabar aja. Nanti kalau rezim berganti, semua akan berubah jadi lebih baik. Itu penyebabnya karena ketidak adilan dalam system,“ kata mentornya.
Kemudian Mus datang ke mentor yang lain. “Mengapa susah sekali tercapainya keadilan sosial,” tanyanya.
“Karena elite politik tersandera dengan politik indentitas. Jadi sulit sekali melakukan perubahan,“ jawab mentornya.
Mus, teman ku itu bingung. Dia datang ke saya dalam keadaan bingung itu. “Mengapa? Ini semua terjadi kepada saya. Memang hidup tidak ada utopia. Tidak mungkin semua orang kaya. Pasti ada orang miskin. Tidak semua orang jadi elite, tentu ada yang jadi rakyat jelantah. Masalahnya, mengapa saya kebagian yang miskin dan jelantah?”
Saya tersenyum. Jawabnya sederhana. Kerena kamu hidup dan berpikir sebagaimana persepsi orang lain. Kamu tidak memiliki kemerdekaan diri untuk memilih apa yang menurut kamu nyaman. Kaum oposisi berharap keterpurukan kamu menjadikan kamu berada dipihaknya melawan rezim berkuasa.
Bagi pro rezim yang berkuasa, menjadikan kamu berada dipihaknya untuk membenci oposisi. Walau ditangannya ada berlian dan emas, apakah karena itu hidup kamu berubah ? Pastinya tidak. Mereka tidak memberikan solusi real kecuali hanya HARAPAN, yang cenderung menempatkan kamu orang lemah dan bodoh.
Engga juga paham? Lihat keluar. Mereka yang memprovokasi kamu membenci pemerintah, mereka hidup nyaman sebagai oposisi. Entah jualan, pendakwah, pengamat, influencer, lawyer, politisi, singkatnya mereka punya sumber income dari sikap oposisinya itu. Yang bayar ya orang orang seperti kamu itu. Maklum kumpulan komunitas, bisa jadi komoditas. Begitu juga yang pro pemerintah. Sama saja. Mereka mengajak kamu memaklumi kegagalan pemerintah seraya menyalahkan oposisi. Hidup mereka jelas lebih baik dari kamu karena akses kekuasaan. Dan tetap saja tanpa solusi untuk kamu. Kamu tetap terpuruk.
Jadi bagaimana seharunya saya bersikap? Tanyanya. Jika kamu melihat keluar, maka kamu tidak akan tahu kemana kamu melangkah. Lihatlah ke dalam. Melihat keluar, kamu bermimpi. Melihat ke dalam, kamu terjaga. Mata memberimu penglihatan. Hati memberimu arah. Perhatikan hal sederhana: Aktifitas memberimu kesibukan. Tapi Produktifitas memberimu hasil. Aktifitas memakan waktu, Produktifitas membebaskan waktu. Rasa kawatir mematikan harapan dan membuang waktu. Memang hidup serba tidak pasti tapi kawatir adalah pilihan.
Di dalam saat-saat sulit, bagaimana saya bisa tetap termotivasi? Tanya Mus lagi.
Daripada bertanya kapan saya sukses, mending sukuri saja apa yang sudah kamu dapat. Jangan hitung yang belum diraih. Jangan mencari siapa kamu, tapi tentukanlah ingin menjadi apa kamu.
Berhentilah berkeluh kesah dengan keadaan. Ciptakan tujuan itu. Hidup bukanlah proses pencarian, tapi sebuah proses penciptaan. Besar kecilnya hasil hanyalah Tuhan sebagai penilai. Bukan manusia. Paham ya… sayang.
(ka/babo)