Beranda Ko Su Tau Kah ? Ketika Ararem dari Mayor ke Banundi di Maribu

Ketika Ararem dari Mayor ke Banundi di Maribu

1306
0
BERBAGI
Tradisi Ararem - Ilustrasi

Tradisi Pembayaran Maskawin yang Diwariskan Turun Temurun

 SENTANI, NGK – Alunan lagu-lagu berbahasa suku Biak mengemah di Kampung Maribu (suku Moy) di Distrik Sentani Barat, Kabupaten Jayapura, pada Sabtu 11 Juni 2022.  Saat itu, masyarakat suku Biak dari Marga atau keluarga Mayor (pihak laki-laki) mengantarkan Maskawin kepada keluarga Banundi (pihak perempuan) di Kampung Maribu.

Tradisi Ararem adalah tradisi mengantar maskawin dari seorang calon suami kepada keluarga calon istri dalam adat Suku Biak, Papua. Menurut Bahasa Biak, “Ararem” berarti maskawin. Dalam prosesi ini, maskawin akan diantarkan berjalan kaki secara arak-arakan, disertai nyanyian dan tarian yang diiringi musik.

Tradisi Ararem dari calon suami kepada keluarga calon istri berlangsung sudah turun temurun dalam masyarakat adat suku Biak. Oleh sebab itu, Keluarga Mayor dari Biak mengantar  Ararem kepada ke Banundi dari Suku Moy di Kampung Maribu.

Budaya mengantar mas kawin bagi masyarakat adat suku Biak dilakukan dengan membawa berbagai jenis piring adat, guci, bahan makanan, peralatan rumah tangga serta sejumlah uang.

Ilustrasi

Ketika mengantar Ararem,  berjalan kaki sambil diiringi Tarian Wor ke rumah keluarga calon istri.

Masyarakat suku Moy di Jayapura sebagai pihak penerima  Ararem ,  juga akan siap menyambut arak-arakan keluarga Mayor dari Biak.

Ketika sampai di rumah keluarga perempuan, pihak laki-laki (Mayor) harus mengetuk pintu rumah keluarga perempuan yang tertutup rapat. Pihak laki-laki harus memberi salam dan menyampaikan maksud mereka untuk mengambil dan meminang anak perempuan dari keluarga Banundi.

Saat itu, di dalam rumah, telah siap Ibu-ibu (tanta – dalam Bahasa Moy disebut “Anyere Yap” dan juga ada bapak-bapak.

Ketika pihak perempuan (Anyere Yap) membuka pintu rumah, maka pihak laki-laki menyampaikan tujuannya datang ke rumah pihak perempuan. Jika tujuan itu disetujui, maka Anyere Yap mempersilahkan pihak keluarga laki-laki (Mayor) menghampiri dan mengambil se perempuan yang akan dijadikan istri. Di saat itulah, terjadi proses pembayaran (pemberian) Ararem.

Pihak keluarga perempuan setelah itu akan menerima seluruh harta yang dibawakan oleh pihak keluarga lelaki yang sebelumnya kedua belah pihak telah saling berbincang dan sepakat untuk mempersatukan kedua anak mereka dalam ikatan adat (Perkawinan Adat). Kesepakatan pembayaran itu dilakukan sebelum anak perempuan sepenuhnya menjadi milik keluarga pihak lelaki.

Sementara itu, pihak keluarga perempuan telah menyiapkan makanan yang akan dimakan bersama dan juga yang akan dibawa pulang oleh keluarga pihak lelaki

Biasanya makanan yang akan dibawa berupa : sagu, pisang, keladi, singkong, beras, sayuran dan babi atau hewan buruan lainnya yang nantinya akan di bagi dalam keluarga pihak lelaki.

Dalam proses Ararem dari keluarga Mayor kepada keluarga Banundi, tampak nilai-nilai adat yang sakral itu tetap dipertahankan.

Prosesi adat membayar maskawin kepada keluarga perempuan sebagai bentuk penghormatan dan harga diri dari keluarga calon pengantin laki-laki untuk dapat membawa istri mengarungi hidup berumah tangga dan guna meneruskan warisan keturunannya bagi marga/keret keluarga.

Kebiasaan membayar maskawin (Ararem) ini telah menjadi simbol dari keluarga suami dalam memenuhi hak hidup berumah tangga kepada istri atau calon pengantin perempuan.

Kebiasaan tradisi membayar mas kawin dari keluarga pria kepada keluarga perempuan merupakan ikatan perkawinan masyarakat adat suku Biak sebagai cerminan bagian dari kekayaan budaya asli orang Papua.

Budaya masyarakat adat suku Biak dengan membayar mas kawin kepada keluarga perempuan merupakan tradisi warisan nenek moyang yang juga bagian dari kekayaan Nusantara bangsa Indonesia supaya terus terjaga hingga saat ini.

Pembayaran mas kawin keluarga laki-laki kepada perempuan bertujuan untuk lebih mengikat tali persaudaraan kehidupan keluarga yang kokoh dalam menatap kehidupan rumah tangga sebagai pasangan suami istri. (Vihky/ka)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here