Beranda Agama Sukacita Jemaat GKI Solafide Tasangkapura pada 168 Tahun HUT PI di Tanah...

Sukacita Jemaat GKI Solafide Tasangkapura pada 168 Tahun HUT PI di Tanah Papua

684
0
BERBAGI
Prosesi Mengantar Pendeta. Tampak Pendeta Oktovianus E.R. Hommy yang di dampingi Penatua Yabes Nenobais ketika memasuki tempat Ibadah. (Foto: (KA)

“Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu, hiduplah sebagai anak-anak terang” (Efesus 5:8).

JAYAPURA, NGK – Pagi itu, Minggu, 5 Februari 2023, sekitar pukul 08.00 WP, lonceng di Gereja GKI Solafide Tasangkapura mengemah sebagai simbol untuk memanggil jemaatnya, datang ke gereja untuk beribadah. Kali ini, sekitar pukul 08.30 WP, gereja kecil di Jalan Tasangkapura itu, sudah mulai penuh sesak. Ada sekitar 200 orang. Mereka hadir dengan penuh sukacita untuk beribadah dan mengucap syukur karena 168 tahun Pekabaran Injil (PI) sebagai  kaya Tuhan melalui dua rasul, Johann Gottlop Geissler dan Charel  Willem Ottow yang membawa dan mengabarkan injil Kristus di Pulau Mansinam, di Manokwari, Tanah Papua pada 5 Februari 1855.

Pdt. Oktovianus Hommy (memakai hiasan di kepala) di dampingi Pnt. Yabes Nenobais dan di belakangnya, Pendeta Hanny Dimara (Foto: KA)

Sekitar pukul 09.15 WP, anak-anak muda yang tergabung dalam Persekutuan Anak Muda (PAM)  GKI Solafide, dengan mengenakan pakaian adat menampilkan fragmen yang mengisahkan tentang tantangan yang dihadapi Otto dan Geisler ketika menginjakkan kakinya di Pulau Mansinam.

Fragmen dari anggota Persekutuan Anak Muda (PAM) GKI Solafide Tasangka. (Foto: KA)

Usai fragmen, anak-anak muda itu mengantar Pendeta Oktovianus E.R. Hommy, S.Si dan Pendeta Hanny Dimara, S.Si dari luar gedung gereja untuk masuk dalam gereja. Setelah itu, Ibadah pun dimulai Pendeta Oktovianus E.R. Hommy, S.Si sebagai pelayan firman dan Pendeta Hanny Dimara, S.Si sebagai luturgos.

Ibadah ini diwarnai dengan puji-pujian dalam berbagai Bahasa daerah di Indonesia. Persekutuan Anak dan Remaja (PAR) melantunkan lagi berbahasa Jawa – “Yesus Ojo Bandingke”, Persekutuan Kaum Bapak *PKB membawakan lagi dalam Bahasa Byak, “Jou Manfun”. Jemaat dari Rayon Sion melantunkan lagu dalam Bahasa Serui, “Nana Yesus”, dan lain-lain.

Ibadah peringatan 168 Tahun Pekabaran Injil di Tanah Papua ini, benar-benar semarak dan jemaat GKI Solafide merayakan dengan penuh sukacita. Sementara itu, Ibu Pendeta Henny Dimara dengan suara lantang dan penuh semangat, menuntun jalannya ibadah ini dengan tata ibadah yang sudah ditentukan Sinode GKI di Tanah Papua.

Tema perayaan 168 Tahun Pekabaran Injil di Tanah Papua, yaitu : Kasih Kristus Mengerakan Kemandirian Gereja Mewujudkan Keadilan, Kedamaian dan Kesejahteraan” (2 Kor.5 : 18-19 dan Maz.72:2-3). Dan Sub Tema: “Membangun Kesehatian, mewujudkan Pembaharuan menujuh GKI di Tanah Papua yang Mandiri dan Misinoner”

Untuk menjabarkan tema dan sub tema itu, Pendeta Oktovianus E.R. Hommy, S.Si menyampaikan Firman Tuhan  dari Kitab  ROMA 9: 1-29 dengan judul, “Pilihan Atas Israel”

Jemaat GKI Solafide Tasangkapura (Foto: KA)

Pendeta Oktovianus E.R. Hommy, S.Si  dalam penjabarannya dari Firman Tuhan itu, ia menjelaskan, bahwa sejarah Pekabaran Injil di dunia berlangsung atas perintah Tuhan Yesus Kristus, yang kita ketahui dengan Amanat Agung dan jaminan penyertaan-Nya, yang disampaikan kepada murid-murid-Nya sebelum dan sesaat menjelang terangkat ke sorga.

Dalam Injil Matius, 28:19-20 dan Kisah Para Rasul I: 8 ;       “Karena itu pergilah,jadikan semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dengan nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang kuperntahkan kepadamu. Dan Ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai pada akhir zaman”. “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kusdus turun keatas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi”.

Amanat untuk menyampaikan kabar Keselamatan bagi manusia inilah, yang telah mengelora dalam diri mendorong dan menyatukan pandangan dua orang tokoh Gereja dari negera; Jerman dan Belanda yakni ; Pendeta Johannes Gossner dan Pendeta Ottho Helldrin, untuk merancang dan mewujudkan keselamatan Allah bagi bangsa Papua.

Johannes Gossner pernah menyampaikan pergolakan batinnya untuk pengutusan para penginjil ke seluruh dunia termasuk ke Tanah New Guenia, sebab itu pada suatu kesempatan pentabisan utusan-utusan zending Berling pertama, tahun 1833 ia menyampaikan bahwa; “Saya berpendirian bahwa zending atau pekabaran Injil diantara segala bangsa dan pada segala zaman, merupakan pekerjaan yang paling perlu, yang paling berakar dalam hakekat agama Kristen, yang paling diberkati dan yang paling suci dan penting, yang harus diterima oleh semua orang Kristen yang sejati dan oleh seluruh gereja protestan. Dan tujuan pekerjaan ini ialah menanamkan dan menyebarkan agama Kristen, membawa keselamatan kepada bangsa-bangsa, kepada sesama kita  manusia serta saudara-saudara kita yang turut ditebus bersama kita.”

Pada tanggal 25 Juni 1852, Gossner dan Heldring melepas keberangakatan kedua penginjil dari pelabuhan Rotterdam Belanda dengan kapal menujuh  Batavia, sebagai daerah transit pertama sebelum ke Tanah New Guenia dan tiba di Batavia pada tanggal 7 oktober 1852. Selama Di Batavia mereka tinggal 1 thn 6 bulan, sambil mendirikan sekolah bagi pendidikan anak pribumi dan Tionghoa dan juga mempelajari bahasa Melayu.

Tanggal 9 Mei 1854 mereka meninggalkan Batavia menujuh Ternate, tiba tanggal 30 Mei 1854. Tinggal di Ternate selama 8 bulan, dari bulan Juni 1854 s/d Januari 1855, sambil mempelajari bahasa Arafuru , karena menurut dugaan mereka bahwa, bahasa Arafuru lah yang digunakan oleh orang-orang di Tanah New Guenia Papua, tetapi kenyataannya tidak seperti yang diduga sebelumnya.

Pada tanggal 12 Januari 1855 , Carl Willem Ottow dan Johann Gotlob Geissler bertolak dari Ternate menujuh teluk Dore Manokwari –Mansinam yang dalam peta dunia disebut sebagai “wilayah Iblis atau dunia hitam”. Selama tiga minggu 2 hari mereka berada dalam perjalanan menujuh pulau Mansinam. Akhirnya tibalah kedua penginjil ini pada pagi hari minggu zending tanggal 5 Februari 1855, jam 06.00 di pantai pulau Mansinam – Manokwari.

Sesaat menginjakkan kakinya dipantai pulau Mansinam, kedua Penginjil ini menabiskan seluruh pekerjaan Pekabaran Injil di Tanah New Guenia dengan kata-kata tabisan ; “Dalam Nama Tuhan, Kami menginjakkan kaki di Tanah ini”. setelah mengucapkan kata-kata tabisan ini, kedua penginjil masuk kedalam semak-semak lalu berlutut disana; untuk mencurahkan isi hati , berdoa kepada Tuhan, supaya mendapatkan kekuatan spritual, tenaga, terang dan kebijaksanaan, agar semua dapat dimulai dengan sungguh-sungguh baik, dan agar Tuhan, sudih menaruh belas kasihan kepada orang- orang (papua) kafir yang malang itu”).

Dalam sukacita yang besar karena mereka telah tiba dengan selamat di tempat tujuan ; Johann Gotlob Geissler menulis: “Anda tak dapat membayangkan betapa besarnya sukacita kami, bahwa pada akhirnya tanah tujuan terlihat. Matahari terbit dengan indahnya. Ya, semoga matahari yang sebenarnya menyinari kami dan orang-orang kafir yang malang itu, yang telah sekian lamanya meranah didalam kegelapan. semoga sang Gembala setia mengumpulkan mereka dibawa tongkat gembala-Nya yang lembut.

Titik awal tibanya kabar baik, Injil Kerajaan Allah, di mulai dari Manokwari, dari Manokwari Injil menyebar keseantero Tanah New Guenia, walaupun tidak terjadi bersamaan waktunya. Tetapi Tindakan Allah untuk membebaskan manusia Papua, telah diawali dari Manokwai, ini semata-mata karena kasih Karunia Tuhan, bukan hasil usaha manusia Papua. Melainkan inisiatif Allah, agar manusia Papua diselamatkan untuk mengalami hidup yang baik, dan penuh dalam kelimpahan.

Akhir dari ibadah  ini, Jemaat GKI Solafide Tasangkapura, makan bersama dengan penuh sukacita . (Krist Ansaka)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here