Beranda Serba Serbi Mendongkrak UMKM, Dinas KLH Papua Buka Galeri  di TMII di Jakarta

Mendongkrak UMKM, Dinas KLH Papua Buka Galeri  di TMII di Jakarta

558
0
BERBAGI

 Keberpihakan Dinas Kehutanan Provinsi Papua untuk mendongkrak Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) melalui produk Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK), bukan isapan jempol belaka. Nyatanya, usaha UMKM ini melalui Galeri Kahutanan awalnya di buka di Jayapura, kini galeri itu buka sayap binisnya ke Taman Mini Indonesia Indah di Jakarta.

JAKARTA, NGK – Jan Jap Ormuseray, SH. MSi, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Papua terus melalukan berbagai terobosan untuk mendongkrak Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) melalui produk Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). Produk HHBK ini dipasarkan melalui Galeri Kreatif Kehutanan. Awalnya, galeri itu dibuka di Jalan Raya Abepura, Jayapura pada  pertengahan Agustus 2021, tapi pada 9 Juni 2023, DLHK Provinsi Papua membuka sayap binis UMKM ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di Jakarta.

Kepala Dinas KLH Papua, Jan Jap Ormuseray, SH. MSi menyerahkan produk UMKM kepada Kepala Badan Penghubung Daerah Papua, Alexander Kapisa untuk dipromosikan di Galeri Kehutanan di Taman Mini Indonesia Indah di Jakarta.

Galeri UMKM Kreatif Kehutanan di TMII ini merupakan hasil kerjasama DLHK Provinsi Papua dan Pemerintah Provinsi Papua melalui Badan Penghubung Pemerintah Provinsi Papua di Jakarta dan usaha ini telah mendapatkan persetujuan dari Plh Gubernur Papua dan Plh Sekda Provinsi Papua.

Dukungan penuh dari Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Provinsi Papua.

“Produk Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) selama ini kami hanya pasarkan di Galeri Kreatif Dinas Kehutanan di Abepura, Kota Jayapura. Tapi kini kami sudah membuka sayap bisnis UMKM ini ke Taman Mini Indonesia Indah di Jakarta,” ujar  Jan Jap Ormuseray, SH. MSi kepada NGK belum lama ini.

Jan Jap Ormuseray menjelaskan, produk HHBK merupakan hasil olahan dari masyarakat Papua yang memanfaatkan Sumber Daya Alam seperti tas anyaman kulit kayu, madu, aneka olahan kue sagu, es krim sagu, ukiran kulit kayu, minyak kayu putih, minyak srey dan produk lainnya.

“Semua hasil olahan yang kami pasarkan itu, untuk membantu masyarakat dalam pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM),” kata Jan Jap Ormuseray.

Hasil UMKM yang dijual di Galeri Kreatif Kehutanan

Galeri Kreatif Kehutanan merupakan terobosan dari Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLH) Provinsi Papua melalui Koperasi Rimbawan Papua untuk dapat melestarikan hutan Papua sekaligus memberdayakan UMKM khususnya yang mengolah produk Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK).

Beberapa produk yang dijual antara lain Stik rumput laut Ruiweed (Kabupaten Yapen), Madu asli Wamena (Kabupaten Jayawijaya), Minyak kayu putih (Kabupaten Biak Numfor), Aneka kue mangrove (Kabupaten Biak Numfor), Tepung sagu siap saji dan aneka kue sagu (Kabupaten Jayapura), Kopi Pinang Papua (Kota Jayapura), The Gaharu (Kabupaten Keerom), Sari Pinang Jahe (Kabupaten Nabire), Minyak daun gatal Papua (Kabupaten Mimika), Produk ecoprint (Kabupaten Mimika dan Kabupaten Waropen), Teh Jerujuh (Kabupaten Waropen), dan Minyak Gaharu (Kabupaten Waropen).

Selain produk-produk di atas, juga terdapat beberapa produk kerajinan tangan seperti lukisan kulit kayu, noken, ukiran, dan pernak pernik khas Papua lainnya. Untuk melihat produk-produk yang ada pada Galeri Kreatif Kehutanan dapat dilihat langsung melalui instagram Galeri Kreatif Kehutanan @pusatoleholehpapua.

Ketika bincang-bincang dengan NGK dalam satu kesempatan, Jan Jap Ormuseray mengungkapkan, pendirian galeri kreatif kehutanan ini berawal dari keprihatinan Jan Jap Ormuseray dengan kegiatan illegal logging yang sering terjadi di Papua sekitar 8 tahun yang lalu. Dengan topografi Papua yang banyak gunung dan lereng, otomatis akan menyebabkan longsor dan banjir. Selain itu, juga keinginan untuk mengalihkan kebiasaan masyarakat yang suka menebang pohon untuk memanfaatkan HHBK.

Foto: Kompas.id

Melalui Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) dan Cabang Dinas Kehutanan (CDK) yang tersebar di beberapa kabupaten/kota, mulai dilakukan pembinaan kepada kelompok masyarakat sehingga bisa menghasilkan produk yang berasal dari HHBK yang mempunyai nilai ekonomis. Contoh produk Kayu Putih dari Biak merupakan produksi dari petani yang dulunya adalah pelaku illegal logging dan produk Madu dari Wamena yang berasal dari inisiasi rehabilitasi hutan dengan menanam pohon Kaliandra.

Hasil UMKM

Semua produk yang dihasilkan ditampilkan di kantor Dinas KLH Provinsi Papua, namun semakin banyak ragam produk dan akan adanya event PON XX Papua 2021, maka dicarilah lokasi yang representatif untuk bisa mempromosikan dan menjual produk yang ada, sehingga akhirnya disewa gedung yang berlokasi di pinggir Jalan Raya Abepura Jayapura.

 Sampai saat ini terdapat sekitar 120 produk yang dijual, mulai dari produk HHBK dan turunannya hingga produk binaan dari 14 KPH dan 19 CDK lainnya. Beberapa contoh produk HHBK seperti Madu dari Wamena, Kayu Putih dari Biak, Stik Rumput Laut dari Yapen, Teh Gaharu dari Keerom/Sarmi, dan Kopi Pinang Jayapura.

Jan Jap Ormuseray, SH. MSi, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Papua

Produk binaan lainnya seperti kerajinan kulit buaya Merauke. Semua produk yang dijual telah mendapat ijin BPOM dan dijamin kesterilan serta kehalalannya. Galeri Kreatif Kehutanan terdiri dari 3 lantai, dimana lantai 1 untuk toko dan lantai 2 untuk tempat produksi aneka kue sagu. Dalam pengelolaannya melibatkan anak-anak muda Papua yang kreatif dan IT minded. Galeri Kreatif Kehutanan telah mendapat Certificate CHSE dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI terkait standard cleanlinesshealthsafetyand environmental sustainability.

 Kelompok masyarakat dibawah binaan KPH dan CDK merupakan masyarakat yang langsung merasakan dampak secara sosial dan ekonomi. Rata-rata kehidupan mereka semakin sejahtera, mampu membayar kebutuhan kesehatan, dan dapat menyekolahkan anak-anak mereka.

Semua produk yang dihasilkan ditampung dan dijual melalui galeri. Bahkan pada saat perhelatan PON, banyak produk yang habis diborong oleh kontingen atlet contohnya adalah Kopi Pinang produksi dari KPH Kota Jayapura.

Ada cerita unik dari produk kopi pinang ini, karena ide awal pembuatan produk ini karena ingin membantu Mama-Mama Papua penjual pinang agar buah pinangnya tidak dibuang karena tidak laku. Dari hasil pengolahan buah pinang tersebut dengan kopi Papua dan setelah melalui penelitian, maka terciptalah Kopi Pinang yang bagus untuk kesehatan dan vitalitas.

Dampak lainnya adalah mulai beralihnya perhatian masyarakat di sekitar hutan, yang dari awalnya sering menebang hutan menjadi lebih memanfaatkan hasil hutan bukan kayu. Bahkan mulai menanam pohon yang bisa memberikan manfaat ekonomi seperti pohon Khombow di daerah Asei Sentani, yang mana kulit kayu nya bisa dijadikan untuk lukisan/ukiran khas Papua. (Krist Ansaka/ Andika Wamafma)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here