
JAKARTA (27/9/25) NGK — Freeport-McMoRan Inc. (FCX) di Amerika ajukan klaim asuransi atas polis US$1 miliar atau setara Rp16,78 triliun (dengan asumsi kurs Rp16.784 per US$).
Hal ini dilakukan usai terjadinya insiden longsor material basah di area Grasberg Block Cave, pada Senin, 8 September 2025 lalu.
Melalui PT Freeport Indonesia (PTFI), Freeport menyatakan akan mengupayakan klaim asuransi untuk menutup kerugian akibat insiden longsor yang memukul operasional tambang bawah tanahnya.
Freeport-McMoRan Inc. (FCX) di Amerika mengumumkan akan mengajukan klaim asuransi properti dan gangguan bisnis atas kejadian longsor tambang bawah tanah di Grasberg Block Cave, Papua Tengah. milik PT Freeport Indonesia (PTFI).
Freeport mengumumkan bahwa insiden itu membuat perusahaan menunda produksi dalam jangka pendek, yakni pada kuartal IV/2025 dan 2026, untuk penyelesaian perbaikan dan pemulihan operasi secara bertahap.
Berdasarkan proyeksi perusahaan, tingkat produksi di level sebelum insiden baru akan tercapai kembali pada 2027. Untuk itu, FCX pun mengambil langkah antisipasi dengan mengajukan klaim asuransi properti dan gangguan bisnis untuk membantu pemulihan operasi dan menanggulangi kerugian.
Freeport McMoRan resmi menyatakan keadaan di tambang Grasberg, Papua Tengag, menyebabkan penjualan emas dan tembaga konsolidasi akan lebih rendah pada kuartal III/2025. Saham Freeport langsung anjlok 10,4% setelah pengumuman tersebut.
Freeport memperkirakan pemulihan operasi di salah satu tambang emas dan tembaga terbesar dunia ini baru bisa dimulai secara bertahap pada paruh pertama 2026. Namun, proyeksi produksi di unit Indonesia berpotensi 35% lebih rendah dari perkiraan awal. Kondisi ini membuat harga tembaga di London Metal Exchange melonjak lebih dari 3% ke level tertinggi dalam 15 bulan terakhir, sekaligus memperketat pasar global.
“PTFI bermaksud mencari ganti rugi berdasarkan polis asuransi properti dan gangguan bisnisnya, yang menanggung kerugian hingga US$1,0 miliar (dengan batas US$0,7 miliar untuk insiden di bawah tanah), setelah dikurangi pengurangan US$0,5 miliar,” tertulis dalam keterangan resmi Freeport-McMoRan Inc., dikutip pada Kamis (27/9/2025).
Berdasarkan asumsi kurs JISDOR hari ini, Kamis (27/9/2025) yakni Rp16.752, polis asuransi itu menanggung kerugian hingga sekitar Rp16,7 triliun. Adapun, batas perlindungan untuk insiden di bawah tanah itu setara Rp11,7 triliun.
Dari jumlah maksimal yang dapat diklaim Freeport US$ 1 miliar. Tapi batas maksimal untuk insiden bawah tanah yang dapat diklaim adalah US$ 700 juta, setelah dikurangi deductible sebesar US$ 500 juta atau Freeport harus menanggung biaya sebesar US$ 500 juta terlebih dahulu sebelum asuransi mulai membayar klaim.
Mencermati hal ini, pengamat Asuransi Irvan Rahardjo memandang bahwa klaim sebesar itu kemungkinan besar tidak akan ditanggung oleh perusahaan asuransi di Indonesia.
“Tergantung siapa yang menerbitkan polis asuransi properti. Berdasarkan pandangan saya yang lalu, aset properti di area tambang diasuransikan di Amerika Serikat, kantor pusat Freeport,” kata Irvan kepada Kontan, Jumat (26/9/2025).
Irvan menambahkan, kapasitas industri asuransi domestik juga terlalu terbatas untuk menanggung klaim hingga miliaran dolar AS. Keterbatasan itu tetap terjadi meski melalui skema konsorsium dengan reasuransi lokal, seiring rendahnya tingkat permodalan perusahaan asuransi di Indonesia.
Kendati demikian, Irvan menegaskan bahwa pengajuan klaim Freeport ini tidak akan mengganggu stabilitas keuangan industri asuransi nasional.
“Asuransi sudah ada mekanisme reasuransi yang sangat terukur dan terstruktur sehingga tidak akan mengganggu kesehatan keuangan asuransi dalam negeri,” jelas Irvan Rahardjo.
Freeport juga memberi tahu para mitra komersialnya mengenai kondisi force majeure akibat insiden yang berdampak terhadap operasi.
PTFI memperkirakan bahwa tambang Big Gossan dan Deep MLZ yang tidak terdampak dapat memulai kembali operasinya pada pertengahan kuartal IV/2025, sementara restart dan peningkatan bertahap tambang GBC diperkirakan akan dimulai pada semester I/2026.
Pada paruh pertama 2026, pemulihan bertahap GBC diperkirakan dapat dimulai di tiga blok produksi. Tiga blok itu yakni PB2 dan PB3, disusul blok ketiga PB1S pada paruh kedua 2026, serta sisanya dari PB1C pada 2027.
Dalam skenario pemulihan bertahap ini, yang masih bergantung pada banyak faktor dan dapat berubah, produksi PTFI 2026 berpotensi sekitar 35% lebih rendah dibandingkan estimasi sebelum insiden. Adapun, estimasi sebelumnya sekitar adalah 1,7 miliar pound tembaga dan 1,6 juta ounce emas.
Lebih lanjut, FCX memperkirakan insiden longsor yang membuat tambang berhenti beroperasi, dapat menurunkan penjualan tembaga dan emas pada kuartal IV/2025. Padahal, perusahaan sebelumnya memperkirakan penjualan tembaga emas masing-masing bisa mencapai 445 juta pound dan 345.000 ounce pada kuartal IV/2025. “PTFI akan mengoptimalkan rencana produksi seiring evaluasi lanjutan.
“Proyek-proyek modal akan ditinjau dan dikelola untuk memprioritaskan sumber daya yang dibutuhkan dalam pemulihan produksi yang aman,” kata FCX.

Sementara itu, PTFI masih melakukan upaya pencarian terhadap lima pekerja yang masih dinyatakan hilang akibat insiden luncuran material basah, sedangkan dua orang telah ditemukan dalam kondisi telah meninggal dunia pada 20 September 2025.
“Kami berduka atas rekan-rekan kerja kami yang menjadi korban dalam insiden tragis ini dan menyampaikan belasungkawa yang tulus kepada keluarga yang kehilangan orang-orang tercinta dan yang masih dalam pencarian. Kami baru-baru ini mengunjungi lokasi kejadian untuk memberikan dukungan kepada keluarga korban serta menyampaikan apresiasi atas upaya luar biasa dari organisasi PTFI dan tim tanggap darurat,” ujar Chairman of the Board FCX Richard C. Adkerson dan Presiden dan Chief Executive Officer FCX Kathleen Quirk.
Dalam insiden tersebut, sekitar 800.000 metrik ton material basah tiba-tiba masuk ke dalam area tambang dan bergerak cepat ke beberapa level tambang, termasuk level servis di mana para anggota tim yang hilang sedang melakukan kegiatan pengembangan. Sebagai langkah prioritas pencarian, operasi penambangan di distrik mineral Grasberg telah ditangguhkan sementara sejak 8 September 2025.
Sejak 8 September, PTFI menghentikan sementara seluruh operasi penambangan di distrik mineral Grasberg untuk memfokuskan upaya pencarian. Perusahaan juga telah memulai investigasi guna mengungkap penyebab insiden, yang disebut belum pernah terjadi dalam sejarah panjang operasi penambangan block cave. Investigasi melibatkan pakar eksternal dan ditargetkan rampung pada akhir 2025.
“PTFI bekerja sama erat dengan otoritas pemerintah Indonesia yang sedang meninjau insiden tersebut dan memantau operasi pencarian,” jelas Freeport.
Peristiwa Grasberg ini akan berdampak juga terhadap pendapatan daerah dari bagi hasil buat Kabupaten Mimika dan juga Provinsi Papua Tengah. (**).