Beranda MIMIKA Menuju Kota Cerdas, Mimika Butuh Penguatan Konsep dan Teknologi dari JSC

Menuju Kota Cerdas, Mimika Butuh Penguatan Konsep dan Teknologi dari JSC

163
0
BERBAGI
Dari Kiri ke kanan : Kepala UPTD Jakarta Smart City, Koharudin, Bupati Mimika, dan Wakil Bupati, Emanuel Kemong Kantor Jakarta Smart City (JAKI) di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (23/10).

JAKARTA (24/10/25), NGK – Timika, Ibu Kota Kabupaten Mimika, di Papua Tengah itu adalah sebuah paradoks yang memukau dan dikenal sebagai ‘Negeri Emas’ atau ‘Kota Dollar’ karena kehadiran perusahaan tambang raksasa PT Freeport Indonesia di sana.

Presentasi dari Jakarta Smart City (JAKI)

Kabupaten Mimika juga menyimpan kekayaan alam dan budaya yang tak ternilai, serta tantangan pembangunan yang kompleks. Wilayah yang tumbuh pesat dari kampung kecil menjadi pusat industri dan jasa, kini menampilkan harmoni kontras antara modernitas dan tradisi, gemerlap ekonomi dan perjuangan masyarakat adat.

Kekayaan alamnya dari pegunungan hingga pesisir dan memiliki topografi yang lengkap dan memanjakan mata.

Di pegunungan menjulang gagah dengan gletser uniknya (satu-satunya di Indonesia) yang kini kian terancam oleh perubahan iklim. Di sana, terletak sebagian kawasan Taman Nasional Lorentz, sebuah Situs Warisan Dunia UNESCO yang merupakan cagar alam terbesar di Asia Tenggara.

Wakil Bupati Mimika, Emanuel Kemong menyerahkan cintra mata kepada Kepala UPTD Jakarta Smart City, Koharudin.

Trekking di sini akan membawa petualang melewati hutan tropis yang lebat, padang rumput alpine, dan sungai-sungai yang mengalir jernih.

Sementara itu, wilayah dataran rendah dan pesisir selatan Mimika langsung berhadapan dengan Laut Arafura. Kawasan ini didominasi oleh rawa-rawa dan hutan bakau yang menjadi habitat bagi beragam flora dan fauna endemik. Sungai-sungai besar menjadi jalur utama bagi masyarakat adat yang hidup nomaden dan bergantung pada alam.

Budaya Adat yang Terjaga di Tengah Modernisasi

Jantung kehidupan budaya Mimika berdenyut pada masyarakat adatnya. Wilayah Mimika didiami oleh dua suku pemilik hak ulayat yaitu Suku Kamoro (Mimika Wee) dan Suku Amungme serta lima suku kerabat yang berada di Timika.

Suku Amungme mendiami wilayah pegunungan. Mereka dikenal sebagai penjaga tradisi dan kearifan lokal di pegunungan, termasuk di kawasan tambang.

Bupati Mimika, Johannes Rettob memberikan cindra mata kepada Kepala UPTD Jakarta Smart City, Koharudin.

Selain dua suku utama, ada juga lima suku kekerabatan lain yaitu Suku Dani/Lani, Damal, Mee, Nduga dan Moni. Meskipun modernisasi terus merambah, tradisi dan kearifan lokal terus diupayakan untuk dilestarikan. Festival-festival budaya, seperti Mimika Dance Carnival, menjadi ajang untuk merayakan keberagaman dan persatuan di tengah masyarakat multietnis.

Suku Kamoro mendiami wilayah pesisir. Mereka dikenal sebagai nelayan dan peramu yang memiliki semboyan ‘3S’ (sungai, sampan, sagu), mencerminkan ketergantungan mereka pada alam. Suku Kamoro juga terkenal dengan ukiran kayu dan keseniannya.

‘Kota Modern’ di Tengah Hutan Tropis

Kehadiran PT Freeport Indonesia mengubah lanskap Timika (Ibukota Kabupaten Mimika) secara drastis. Di tengah hutan tropis, berdiri kota modern Kuala Kencana yang dilengkapi dengan infrastruktur canggih. Kota ini menjadi simbol pesatnya perkembangan industri dan jasa di Timika, yang menarik ribuan pendatang dari berbagai daerah di Indonesia.

Namun, di balik gemerlap ‘Kota Dolar’ dan janji kesejahteraan, terdapat kesenjangan sosial dan ekonomi yang menjadi tantangan besar. Meskipun APBD kabupaten terbilang fantastis, masih banyak masyarakat adat yang hidup dalam kemiskinan dan kesulitan akses terhadap layanan dasar. Hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah daerah dan seluruh pemangku kepentingan untuk memastikan pembangunan yang inklusif dan merata.

Harapan dan Tantangan Masa Depan

Dari kondisi ini, Bupati Mimika Johannes Rettob dan Wakilnya, Emanuel Kemong terus menata semua sistem untuk mewujudkan Mimika yang responsif, energik, transparan, terampil, objektif, dan berdaya saing menuju ‘Gerbang Emas’ (‘Gerakan Kebangkitan Ekonomi Masyarakat Adil dan Sejahtera).

Memang tidak mudah. Tapi fondasi menuju Gerbang Emas sudah mulai dibangun. Apalagi sebagai salah satu kota besar di Tanah Papua, Mimika berada di persimpangan jalan antara kemajuan ekonomi dan pelestarian budaya.

Beberapa tantangan yang dihadapi antara lain: Kesejahteraan Masyarakat Adat: Memastikan manfaat ekonomi dari sumber daya alam dirasakan secara adil oleh masyarakat adat. Pendidikan: Meningkatkan akses dan kualitas pendidikan, terutama di daerah-daerah terpencil. Lingkungan: Menyeimbangkan aktivitas pertambangan dengan upaya pelestarian lingkungan yang berkelanjutan. Pembangunan Infrastruktur: Memeratakan pembangunan infrastruktur hingga ke pelosok-pelosok Mimika.

Meskipun tantangan masih membentang, semangat kolaborasi dan harapan baru terus menyala di Timika.

Di bawah kepemimpinan Johannes Rettob dan Emanuel Kemong, masyarakat dan pemerintah daerah berkomitmen untuk membangun Mimika sebagai ‘Rumah Kita’ yang nyaman bagi semua suku dan golongan, sekaligus menjaga pesona alam dan budaya yang tak tergantikan. Timika, dengan segala kompleksitasnya, adalah cerminan dari dinamika dan harapan di jantung Tanah Papua yang kaya.

Penguatan Konsep dan Teknologi dari Jakarta Smart City (JSC)

Kondisi ini mendorong Pemerintah Kabupaten Mimika melalui Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) untuk menghadirkan inovasi layanan publik yang mampu menjawab kebutuhan masyarakat secara cepat, terintegrasi, dan efisien.

Mimika Center sebagai pusat layanan terpadu merupakan salah satu upaya yang sudah mulai dilakukan, namun masih membutuhkan penguatan konsep dan teknologi. Oleh karena itu, perlu adanya pembelajaran dari pengalaman implementasi aplikasi JAKI (Jakarta Kini) yang dikembangkan oleh Jakarta Smart City (JSC) di bawah naungan Dinas Kominfo DKI Jakarta. JAKI sebagai super-app telah berhasil mengintegrasikan berbagai layanan publik dalam satu platform digital yang memudahkan masyarakat untuk mengakses layanan birokrasi, aduan, hingga informasi kota.

Untuk itulah, Bupati Mimika Johannes Rettob bersama Wakil Bupati Mimika, Emanuel Kemong dan jajaran Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Kabupaten Mimika melakukan kunjungan kerja ke kantor Jakarta Smart City  di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (23/10).

Kunjungan untuk mempelajari sistem dan inovasi yang diterapkan oleh JAKI dalam mewujudkan konsep Smart City di Ibu Kota.

Tim dari Kabupaten Mimika ini, diterima langsung oleh Kepala UPTD Jakarta Smart  City, Koharudin. Dan turut hadir pula tim dari Mimika Center, yang menjadi pusat layanan dan informasi digital milik Pemerintah Kabupaten Mimika.

Bupati Rettob menjelaskan kunjungan ini menjadi langkah penting dalam upaya memperkuat pengelolaan teknologi informasi dan pelayanan publik berbasis digital di Mimika.

“Melalui kegiatan ini, kami berharap Mimika Center dapat terus berkembang seperti JAKI — menjadi wadah interaktif yang mampu menerima aspirasi, laporan, dan informasi dari masyarakat secara cepat dan efektif, demi mendukung terwujudnya Mimika Smart City,” ujar Bupati Rettob.

Dalam kesempatan tersebut, tim Jakarta Smart City menyambut hangat rombongan dari Mimika dan berbagi pengalaman mengenai penerapan sistem digital dalam pelayanan publik, pengelolaan data, serta peningkatan partisipasi masyarakat melalui aplikasi JAKI.

Bupati Mimika Johannes Rettob dan Wakilnya, Emanuel Kemong menyampaikan apresiasi dan terima kasih atas sambutan yang diberikan oleh pihak Jakarta Smart City.

“Kunjungan ini dapat menjadi inspirasi bagi Pemerintah Kabupaten Mimika dalam mengembangkan berbagai inovasi pelayanan publik berbasis digital,” ujar Wakil Bupati, Emanuel Kemong.

Langkah ini menjadi bagian dari komitmen Pemerintah Kabupaten Mimika untuk membangun Mimika Smart City (Mimika Kota Cerdas), yang mengedepankan keterbukaan informasi, partisipasi masyarakat, serta efisiensi layanan publik berbasis teknologi digital.(Thobias Maturbongs/Krist Ansaka)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here