Beranda MIMIKA HAKI, Tameng Budaya dan Kebangkinan Ekonomi Mimika

HAKI, Tameng Budaya dan Kebangkinan Ekonomi Mimika

53
0
BERBAGI
Bupati Mimika, Johannes Rettob (batik merah) menyerahkan sertifikat HAKI kepada legenda Black Brother, Amry Kahar.

TIMIKA (1/11/25), NGK –  Di antara gemuruh inovasi dan tradisi, sebuah perayaan bermakna telah digelar, Aula Kantor BPKAD Mimika, pada Jumat sore kemarin (31/10), ketika Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) Papua memberikan penghargaan berupa sertifikat Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) kepada sejumlah pelaku seni dan pelaku usaha di Kabupaten Mimika.

Bupati Mimika, Johannes Rettob (batik merah) dan Kakanwil Kumham Papua, Antonius Ayorbaba bersama penerima sertifikat HAKI.

Penyerahan sertifikat  HAKI ini bukan sekedar tatanan administrasi yang bersifat seremoni. Tapi ini penyerahan serifikat HAKI ini sebagai pengakuan atas jiwa-jiwa kreatif, sekaligus sebagai penobatan bagi para penjaga warisan dan pelopor ekonomi lokal.

.Acara yang dihadiri Bupati Mimika Johannes Rettob, Kakanwil Kemenkumham Papua, Anthonius Mathius Ayorbaba, Ketua Lemasko Gregorius Okoare,  Kabag Hukum Setda Mimika Jambia Wadansoa serta Kepala Devisi Humas & Komunikasi YPMAK, Yeremias Isak Imbiri,

Nama-nama yang menerima sertifikat adalah cerminan kekayaan Mimika yang beragam, Diana Mall, yang menjadi satu-satunya pusat perbelanjaan di Mimika yang diresmikan perlindungannya. Sebuah pengakuan bahwa nadi perdagangan modern pun butuh benteng legal.

Black Brothers

Penyerahan sertifikat ini yang paling mengharukan adalah pengakuan terhadap denyut nadi budaya, Black Brothers, grup musik legendaris, yang karyanya melintasi batas waktu dan geografis, kini memiliki tameng hukum yang diwakili oleh, sang legenda hidup-nya, Amry Muraji Kahar. Musisi dan sexofonis utama berdarah Ternate, Maluku Utara. Ia adalah cerita dan sejarah, kini terlindungi dari pembajakan suara.

Grup musik Black Brothers adalah jiwa dan suara Papua, lagu-lagu mereka telah menjadi warisan yang diwariskan lintas generasi. Namun, tanpa perlindungan, karya legendaris sering menjadi santapan pembajak, merenggut hak ekonomi para penciptanya.

Dari kiri ke kanan: Diana Mall, Amry Muraji Kahar mewakili Black Brother dan Kakanwil Kemenkumham Papua, Anthonius Mathius Ayorbaba, Bupati Mimika Johannes Rettob dan penerima HAKI lainnya.

Kini, diwakili Amry Muraji Kahar, Black Brothers, telah menerima sertifikat Hak Cipta, ini adalah penobatan bahwa seni adalah aset abadi. Kertas itu menjamin bahwa setiap beat dan lirik mereka kini memiliki nilai royalti yang sah.

HAKI telah mengubah senar gitar menjadi sumber pendapatan yang lestari, memastikan para musisi veteran dan pewaris mereka, dapat menikmati buah dari kreativitas yang telah mereka sumbangkan bagi bangsa Papua.

“Black Brothers adalah group band legandaris asal Tanah Papua, mereka melanglang buana di seantero nusantara, hingga di luar negeri, mereka menerima sertifikat HAKI malah di Timika, suatu kebanggaan bagi kami orang Mimika” tegas Johannes Rettob, Bupati Mimika, saat menyampaikan sambutan.

Noken, Anyaman, dan Daya Juang UMKM

Tak kalah penting, adalah para pejuang UMKM lokal—Nomo Ya, Agia, dan Hubertina Kimena. Nama-nama ini mewakili kerajinan tangan Mimika yang otentik: karya anyaman, sulaman, dan noken khas Mimika. Dalam sertifikat HAKI yang mereka genggam, terukir bukan hanya perlindungan merek dagang, tetapi juga jaminan bahwa kearifan lokal tidak akan luntur atau dijiplak. Mereka kini memiliki senjata sah untuk menjaga keaslian kreasi mereka.

Kakanwil Kemenkumham Papua, Anthonius Mathius Ayorbaba, bangga, menyampaikan apresiasinya “UMKM di Mimika luar biasa. Mereka terus berinovasi meski dengan keterbatasan,” ujarnya. Pernyataan ini menegaskan bahwa HAKI adalah hadiah untuk semangat pantang menyerah.

Anthonius, tak hanya bicara tentang perlindungan sosial, tetapi juga menukik tajam pada nilai ekonomi dari sertifikat tersebut. HAKI, adalah aset sah yang diakui secara hukum. Ia mengubah karya seorang perajin dari sekadar produk menjadi warisan berharga yang memiliki potensi komersial massif–dapat dikembangkan melalui lisensi atau franchise. Ini adalah contoh janji masa depan yang lebih cerah bagi ekonomi Mimika.

“Dengan sertifikat ini, karya pelaku usaha memiliki perlindungan hukum dan potensi dikembangkan secara komersial.” – tegas pria yang bernama lengkap, Anthonius Mathius Ayorbaba

Komitmen Pemkab Mimika dan Harapan Kolektif

Bupati Mimika, Johannes Rettob, tidak tinggal diam. Ia memuji kegigihan Kanwil Kemenkumham Papua yang “berjuang keras membantu masyarakat Mimika melindungi karya cipta dan merek lokal” sebuah pengakuan atas proses yang ia akui “tidak mudah.”

Lebih dari itu, Bupati Mimika melontarkan, komitmen nyata Pemerintah Kabupaten Mimika, Dukungan tidak hanya berhenti pada kata-kata, tetapi menjangkau bantuan perizinan, sertifikasi BPOM dan halal. Bahkan, Pemkab Mimika berjanji menanggung biaya PNBP bagi 50 UMKM, yang sedang memproses sertifikat hak merek dagang. Ini adalah janjji suci antara pemerintah dan rakyatnya, memastikan bahwa kesulitan finansial tidak menjadi penghalang bagi perlindungan hukum.

Penyerahan sertifikat HAKI ini, yang merupakan dokumen legal, adalah sebuah babak baru. Ini adalah kisah tentang bagaimana warisan budaya dan inovasi ekonomi Mimika kini berdiri tegak di atas landasan hukum. Sebuah tameng yang melindungi dari peniruan dan sebuah kunci yang membuka gerbang peluang komersial.

Mimika kini semakin teguh, tidak hanya dengan kekayaan alamnya, tetapi juga dengan kekuatan intelektual dan kreasi para penghuninya, yang kini resmi diakui dan dihargai. Sebuah jejak telah diukir: karya adalah aset, dan aset harus dilindungi.

Setiap sertifikat HAKI yang diserahkan di Mimika, hari ini adalah janji : bahwa karya anak bangsa di Tanah Papua akan selalu dihargai, dilindungi dan menjadi fondasi kokoh bagi kemakmuran bersama. (jim/ka)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here