Beranda Pendidikan 51 Tahun Teruna Bakti di Waena

51 Tahun Teruna Bakti di Waena

850
0
BERBAGI
John NR Gobai
SMU Teruna Bakti, Waena

JAYAPURA, NGK– Sudah 51 tahun, usia sekolah YPPK Teruna Bakti, Waena, Jayapura. Perjalanan sekolah ini, diawali dari Fakfak dengan Nama Oplending  Dorps Onderwijer School (ODO). Kemudian ODO ini dipindahkan ke Wagete lalu ke Nabire. Tahun 1963, sekolah ini harus menyesuaikan dengan sistem pendidikan Indonesia sehingga diubah menjadi SGB lalu dari Kokonao dipindahkan ke Biak tahun 1965.Di Biak selain, SGB, didirkan juga Sekolah Guru Atas (SGA). Kemudian tahun 1971, SGB dan SGA dipindahkan ke Waena dan namanya menjadi SPG Teruna Bakti. Dari SPG kemudian menjadi SMA Teruna Bakti, sampai sekarang.

“Jadi usia 51 tahun ini dihitung sejak berdirinya SPG Teruna Bakti tahun 1971 di Waena. Usia 51 tahun bukan usia yang muda. Sekolah ini telah tercatat sebagai sekolah yang tua di Tanah Papua. Sekolah ini dahulu dibangun dengan pola kolese  yaitu sekolah yang dilengkapi dengan sarana olahraga perpustakaan, asrama Putra, asrama putri dan kapela. Sekolah yang bangun untuk mendidikan anak-anak Papua agar menjadi guru-guru yang tangguh di Tanah Papua,” ungkap John NR Gobai, Ketua  Ikatan Alumni Teruna Bakti Waena Jayapura dalam pada hari ulang tahun ke-51 Teruna Bakti pada 1 September 2022 dirayakan di halaman SMA Teruna Bakti Waena, Jayapura.

John NR Gobai menjelaskan, Teruna Bakti artinya “terbagi atau dapat memberikan kepada sesama.” Sesuai dengan nama itu, sekolah ini telah melahirkan guru yang mengabdi di seluruh Tanah Papua dan guru-guru tersebut dalam melahirkan sejumlah orang dengan berbagai profesinya.

Sekolah ini juga telah melahirkan pemimpin-pemimpin, baik itu pemimpin keluarga,  pemimpin kampung, pemimpin kelompok atau organisasi pemimpin distrik, pemimpin kantor atau badan di pemerintahan. Begitu  juga menjadi pemimpin umat termasuk juga pemimpin perusahaan.

Sekolah katolik ini terbuka untuk siapa saja datang menuntut ilmu termasuk asramanya baik asrama putra maupun asrama putri juga sangat terbuka untuk orang Papua non Papua Katolik dan non Katolik.

Menurut John NR Gobai, para Pastur Belanda membangun asrama adalah untuk membina anak-anak Papua dan non Papua untuk membangun kesadaran solidaritas dan kebersamaan untuk bersama menyiapkan diri membangun Tanah Papua sebagai sesama manusia dan juga sebagai sesama anak bangsa.

“Bila Kita Renungkan hari ini, dimana manusia hidup dengan ego kedaerahan dan ego kelompok.  Saya mencoba merenungkan kembali maksud pendirian sekolah ini yang berpola kolese mungkin para Pastor Belanda telah memperhitungkan atau memprediksi bahwa pada suatu waktu, orang Papua akan hidup dalam kotak-kotak dengan egonya masing-masing,” kata John NR Gobai.

Ketua Ketua  Ikatan Alumni Teruna Bakti Waena Jayapura ini mengungkapkan juga, bahwa munculnya ego kedaerahan dan ego kelompok ini ditandai dengan banyak dibangunnya asrama-asrama pada masing-masing daerah kabupaten yang ada di Tanah Papua bahkan sampai ke tingkat distrik pun, orang membangun asramanya masing-masing daerah. Kondisi Ini menjadi tantangan bagi kita untuk Bagaimana membangun kembali asrama-asrama yang pernah dibangun oleh para misionaris Belanda pada waktu lalu untuk terus membangun dan mempertahankan solidaritas dan kebersamaan generasi Papua hari ini untuk masa depan Papua.

“Melalui momentum 51 tahun Taruna Bhakti Waena Jayapura ini, saya ingin mengingatkan kepada kita semua untuk dapat mengembalikan semangat membangun pendidikan di Tanah Papua seperti yang pernah dilakukan pada waktu lalu oleh para misionaris Belanda pendidikan berpola Kolese yaitu adanya sekolah dan asrama putra dan putri, lapangan, kapela dan perpustakaan,” tegas John NR Gobai. (Krist A)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here