Majelis Rakyat Papua (MRP) Papua Pegunungan telah mengakui dan menetapkan, Calon Gubernur Pegunungan John Tabo dan wakilnya, Ones Pahabol sebagai orang asli Papua dari Lapago. Siapa itu John Tabo?
JAYAPURA, NGK – John Tabo lahir dari seorang perempuan bermarga Kogoya dan dibesarkan di Honai. Ketika masih usia anak-anak, Jhon mendapat pendidikan di dalam Honai perempuan tentang kasih sayang dan tatanan adat Lani.
Dalam pertumbuhannya, John dibesarkan dalam lingkungan adat Lani sehingga sejak kecil dia menggunakan Bahasa Ibu, yaitu Bahasa Lani.
Di dalam Honai perempuan inilah, karakter John mulai dibentuk oleh ibunya untuk menjadi seorang pemimpin hebat yang dihormati oleh orang Lani. Ibunya juga membentuk John untuk sebagai pangayom dalam keluarga dan masyarakat, pelindung rakyat, pembawa damai, penutur kebenaran, keadilan, kasih dan kedamaian.
Ibu kandung dari John Tabo ini menjadi sentral bagi kehidupan John Tabo sehingga John sangat menghormati perempuan karena perempuan sebagai pembawa kesuburan, sumber air yang harus dijaga, dilindungi dan dipelihara kejernihannya dengan penuh rasa tanggung jawab.
Nilai-nilai dasar kehidupan inilah yang membuat, John sangat menghormarti istrinya sebagai pengganti mamanya. istrinya. Istri ditempatkan sebagai teman seumur hidup, sahabat dalam suka dan duka. Bahkan sampai John selalu mendampingi istrinya hingga istrinya dipanggil Tuhan.
Ketika beranjak usia sekolah, John mulai tinggal dan dididik di Honai Laki-laki. Di Honai laki-laki itu, John mulai digembleng tentang tatatan hidup, keamanan wilayah, perang antar suku dan karakter seorang pemimpin. Di dalam honai itu pun, John biasa terlibat dalam diskusi dan debat tentang keamanan wilayah, strategi perang dan kesejahteraan masyarakat.
John sangat dekat dengan orang-orang tua di kampung. Bahkan ia selalu meminta nasehat dan petunjuk tentang tatatan kehidupan.
Didikan dalam Honai dan nasehat para orang tua, telah membentuk John Tabo sebagai lelaki yang mandiri, bertanggungjawab dan berkarisma atau berwibawa.
John Tabo, anak asli suku Lani ini, sejak kecil sudah nampak karismanya sebagai pimpinan yang mengenal dengan baik budaya dan adat suku Lani.
Ketika masuk usia sekolah, John disekolahkan di SD Inpres Anawi dan saya di SD YPPGI Karubaga. Jhon itu teman bermain bola kaki. Ketika kami bermain bola dan ada perselisihan, Jhon selalu mendamaikan dan merangkul kita semua. Dia bersahabat dengan siapa saja dan sangat dihormati teman-teman seusianya.
Tahun 1982, Jhon dan saya lulus SD. Jhon lulus dengan mendapat juara satu dari SD Inpres Anawi dan saya juga lulus dari SD YPPGI Karubaga dengan mendapat juara satu. Dengan prestasi ini, Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) menawarkan untuk melanjutkan sekolah di Sentani atau Nabire. Lalu Saya dan Jhon memilih untuk melanjutkan sekolah ke Sentani.
Tahun 1982, Jhon dan saya mendapat tiket pesawat dari GIDI untuk terbang ke Sentani di Jayapura. Baru pertama kali, kami berdua keluar dari Karubaga untuk menuntut ilmu karena di Karubaga saat itu, belum ada SMP.
Di Sentani, Jhon Tabo diterima dan bersekolah di SMP YPK dan saya di SMP Negeri 2. Untuk mendapatkan biaya sekolah dan makan, Jhon dan saya bekerja serabutan. John Tabo telah menimba banyak pelajaran hidup, mulai dari kondektur, porter, buru bangunan, penjaga kebun, gembala sapi, dan kerja serabutan apa saja yang penting bisa mendatangkan manfaat untuk hidup dan biayai sekolahnya.
Pekerjaan ini dijalani tanpa rasa malu terhadap teman sebaya karena Jhon bertekad untuk menyelesaikan pendidikannya. Hasilnya tidak sia-sia. Jhon Lulus SMP lalu ia kembali ke Wamena untuk melanjutkan SMA di sana.
Di SMA, John sudah terlibat dalam berbagai organisasi kemasyarakat terutama organisasi yang menjadi sayap dari Partai Gokar, yaitu Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI).
Sebagai anak adat Lani yang berwibawa itu, John menjadi panutan bagi teman-teman di SMA dan juga di AMPI sehingga ia menamatkan Sekolah Menengah Atas dan masuk menjadi Pegawai Negeri Sipil disana.
Kariernya dirintis dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) dikala usianya masih terbilang muda, dan menjadi Kepala Pos Pemerintahan pertama di Kuyawage (kini telah menjadi 4 distrik dibawah kaki Gunung Puncak Jaya termasuk Distrik Tiom yang kini menjadi Kabupaten Lanny Jaya dan Sebagian wilayahnya kini mejadi Kab. Nduga). Selanjutnya menjadi Kepala Pos Pemerintahan di Ninia (kini menjadi Kab. Yahukimo), dan menjadi Kepala Pos Pemerintahan Elelim (kini menjadi Kab.Yalimo).
Selama kurang lebih 9 tahun bekerja di eksekutif, pada tahun 1997, John Tabo banting stir, tinggakan statusnya sebagai pegawai negeri lalu terjun ke dunia politik dan terpilih menjadi Anggota DPRD Kabupaten Jayawijaya.
Satu keputusan yang luar biasa, jika dibandingkan dengan anak muda lainnya yang lebih cenderung memilih jadi pegawai negeri. Di usia 27, John Tabo mulai memulai debutnya di dunia politik.
Perjalanan karir politik John Tabo itu dimulai dari keluarga karena keluarga adalah tempat berlabuh dan fondasi peradaban masa depan.
Kini, John Tabo bisa menjadi inspirasi bagi para anak muda. Jadi wajar jika banyak orang yang menyukai gaya kepemimpinan John Tabo. Dalam beberapa kesempatan, John sering memberikan motivasi untuk kaum muda dan milenial. (Krist A)