Sago Is My Life (Sagu Adalah Hidupku). Begitulah tema yang diusung pada Festival Danau Sentani (FDS ke XIII ) tahun 2023. Temanya tentang sagu tapi yang ditampilkan di festival ini, pada umumnya barang-barang yang dijual di toko-toko
KALKOTE, NGK – FDS ke XIII sudah berakhir. Selama tiga hari berlangsung (5 – 7 Juli), FDS tahun 2023 ini hanya sekitar lima stan yang menyuguhkan sebagai produk yang dijual. Padahal, anggota DPR Kabupaten Jayapura, Sihar L Tobing, SH berharap festival kali ini seharusnya produk-produk yang disuguhkan lebih didominasi oleh produk olahan sagu. Tapi nyatanya, hanya barang-barang toko yang lebih dominan.
“Saya menyadari, persiapan FDS XIII ini, sangat terburu-buru dan belum siap. Anggarannya pun sangat minim, yaitu sekitar Rp 1,8 miliar. Jumlah anggran itu sangat kecil bila dibandingkan dengan 12 kali pergelaran FDS,” kata Sihar L Tobing, SH.
Walau terburu-buru persiapannya, tapi Sihar Tobing sangat mengapresiasi event tersebut, karena FDS itu bisa dibuka oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Sandiaga Salahuddin Uno.
Sihar Tobing juga menyentil Pemda Kabupaten Jayapura untuk jangan sekedar membuat tema FDS. Temanya, “Sagu adalah hidupku.” Tapi dusun sagu mulai hilang Untuk itu, pada kegiatan yang bertemakan sagu, harus ada unsur pelestarian hutan sagu, sesuai dengan Perda yang ada. “Tentang sagu harus ada keseimbangan antara produksi dan pelestarian hutan atau pohon sagu itu sendiri,” kata Tobing.
Lebih lanjut Tobing meminta Pemerintah Daerah sudah harus berpikir jangka panjang dari sagu itu sendiri, apalagi sagu sudah menjadi konsumsi di berbagai kalangan, maka harus ada hutan atau perkebunan sagu yang dibudidayakan secara terus menerus. (Viktor Done/NGK)