Beranda PEMILU 2024 Celeg dan Rakyat Miskin di Papua

Celeg dan Rakyat Miskin di Papua

835
0
BERBAGI
Ilustrasi : Harian Nws

Selama 20 tahun, para anggota legislatif di Papua, tak mampu membawa rakyat Papua keluar dari kungkungan kemiskinan yang menjerat mereka. Lalu apa yang bisa kita harapkan dari para Calon legislatif yang akan bertarung dalam Pemilu 2024 untuk menjadi legislator di Papua ? Hanya Tuhan yang tahu.

DATA  Badan Pusat Statistik (BPS) pada September 2022 melaporkan, bahwa Provinsi Papua, termiskin di Indonesia. Kenaikan penduduk miskin tertinggi terjadi di Papua yaitu naik 0,21 persen poin menjadi 20,10 juta.

Rakyat miskin ini, pada umumnya bertebaran di kampung-kampung di Papua. Mereka terbelangu dalam kemiskinan. Kalau kondisinya demikian, apa yang bisa kita harapkan dari Calon Legislatif (Caleg) yang bakal menjadi anggota legislatif periode 2024 – 2028 ?

Tampaknya sulit untuk mendapatkan, orang yang menjadi caleg karena punya keberpihakan dan cinta terhadap rakyat di kampung – kampung. Kalau pun ada Caleg yang menyatakan punya keberpihakan dan cinta rakyat di kampung-kampung, itu hanya kalimat kosong untuk mencari simpati rakyat yang terkungkung dalam kemiskinan.

Mengapa di Papua kita harus punya keberpihakan dan cinta rakyat di kampung-kampung dan pembangunan itu harus dimulai dari kampung ?

Saat ini, pembangunan nasional cenderung mengabaikan dan dilupakan dari keseluruhan strategi pembangunan nasional, yaitu bagian dari rakyat untuk rakyat sendiri harus membangun dirinya.

Bagian dari uang negara, kita berikan kepada rakyat dan rakyat sendiri membangun dirinya, dan itu yang dilupakan.

Ketika suatu negara membagi uang negara habis untuk proyek dan rakyat hanya tinggal menonton, maka negara itu tidak akan pernah keluar dari kungkungan kemiskinan. Uang dari Otonomi Khusus dibagi habis dalam bentuk proyek. Ini strategi yang salah. Oleh sebab itu, strategi pembangunan kita rubah, Rakyat harus menjadi nomor satu dan proyek menjadi nomor dua atau keseratus. Bukan membangun proyek mercuar seperti kantor gubernur Papua dan dan kantor Majelis Rakyat Papua, sementara rakyat tetap miskin dan termiskin di Indonesia.

Pembangunan Diamanapun harus dimulai dari manusia dan berhakir untuk manusia. Pembangunan harus bermula dari rakyat dan berakhir untuk rakyat. Kita bangun dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Ini yang dilupakan. Untuk itu, Para caleg yang bakal menjadi anggota legislative, mau atau tdk mau – suka atau tidak suka harus memberi dukungan kepada upaya rakyat untuk membangun dirinya. Kita jangan sibuk dengan proyek, tapi kita harus berpihak kepada rakyat dan menghargai rakyat.

Kita harus berpihak kepada rakyat, karena rakyat miskin dan tidak berdaya untuk menolong dirinya sendiri, maka itu kita harus menolong.

Tapi apakah para legislator terpilih dapat menolong rakyat tang terkungkung dalam kemiskinan ? Sungguh mustahil ! Soalnya, perhatian dan dukungan yang diberikan itu, semata-mata untuk kepentingan pencitraan pribadi dan partainya.

Tragis lagi, ada slogan-slogan politik yang mengatas-namakan Orang Asli Papua (OAP). “Saya ini OAP…. Saya ini pemilik negeri …. Yang bukan OAP, harus menghargai hak politik OAP…. Dan lain-lain.”

Dari pengalaman selama 20 tahun kebijakan politik Otonomi Khusus (Otsus) bagi Provinsi Papua, taka da satu pun OAP yang lantang memperjuangkan atau berpihak dan cinta rakyat asli Papua yang terkungkung dalam kemiskinan. Kalaupun ada perhatian, itu pun hanya bersifat serimonial politik untuk pencitraan.

Tak ada anggota legislatif di Papua yang mampu mengkontrol para esekutif yang menggunakan dana Otsu semena-mena sehingga kuncuran dana Otsus yang triliuan rupiah itu yang mampu membawa rakyat keluar dari kungkungan kemiskinan.

Para legislator hanya mengangkuk dan menyetujui berbagai proyek yang bisa mereka dapatkan keuntungan dari proyek-proyek itu.

Sementara sistem pemerintahan yang aburadul di pemerintahan, dianggap biasa-biasa saja. Para Legislator tak mampu mengontrol para penguasa yang secara terang-terangan memimpin dengan sangat diktator.

Dengan kondisi ini, lalu apa yang bisa kita harapkan dari para legislator yang terpilih di pemilu tahun 2024 ini ?

Pasti para calon legislatif (Caleg) yang bakal bertarung di pemilu 2024,  akan menyatakan, mereka akan berada bersama rakyat yang miskin dan akan memperjuangkan nasib rakyat miskin. Atau betulkah, komitmen para Caleg itu ? Hanya Tuhan yang tahu. (Krist Ansaka)

 

 

 

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here