Pergi dengan Pesawat ke Wamena, Pulang dengan Mobil ke Jayapura
JAYAPURA, NGK – Sore itu, 21 Mei 2022, Resto Isasai, di kawasan Gelanggang Waena, penuh dengan tamu. Ada mantan alumni Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) Yoka tahun 1982, Ada pejabat dari Kabupaten Mamberamo Tengah, dan sejumlah petinggi lain di Tanah Papua serta undangan dan kerabat lainnya. Mereka hadir dalam acara Pengucapan Syukur Purna Tugas dari Kristian Epa sebagai Aparat Sipil Negara yang telah mengabdikan dirinya di kawasan Pegunungan Tengah, Papua, sejak tahun 1986 hingga pension tahun 2022.
Pada acara Pengucapan Syukur Purna Tugas (pensiun) yang bertepatan dengan hari ulang tahunnya ke 60 tahun itu, nampak tertulis di sudut Resto Isasai, moto dari Kristian Epa dalam berkarya, yaitu: Kasih, kerja dan karya. “Hanya dengan kasih yang berasal dari Tuhan, saya bekerja untuk rakyat dan pemerintah dengan karya kemanusiaan untuk rakyat di Pegunungan Tengah, Papua,” ugkap Kristian Epa kepada NGK di Resto Isasai pada 21 Mei 2022.
Kristian Epa, S.Sos (60), yang lasim disapa dengan nama Kris adalah anak dari Kampung Ayapo, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura. Kris, begitu nama panggilannya.
Kris lahir di Kampung Ayapo dari pasangan Stevanus Epa dan Dorkas Deda. ia berasal dari keluarga yang sederhana, namun hal itu tak membuatnya minder dan takut untuk bermimpi tinggi.
Sejak kecil, Kris memang dikenal oleh teman-temannya sebagai anak yang rajin dan dengar-dengaran kepada orangtua. Ia kutu buku, karena tiada hari tanpa membaca buku dibenaknya.
Usai menyelesaikan pendidikan dasarnya di SD YPK Ayapo tahun 1974. Kris meneruskan sekolahnya dan menamatkan pendidikan lanjutan pertama di SMP YPK Kotaraja tahun 1974. Dari SMP, Kris melanjutkan ke SMA Negeri 414 Abepura dan lulus tahun 1981 terus melanjutkan ke Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APND) dan lulus tahun 1986. Tidak sampai di situ, anak Ayapo ini melanjutkan pendidikannya ke FISIP Uncen dan berhasil meraih gelar S1 tahun 1996.
KARIR SEBAGAI PAMONG
Ketika ia menyelesaikan pendidikannya di APDN tahun 1986, Kris langsung dilego ke Kabupaten Jayawijaya dan menjadi staf Bagian Tata Pemerintahan. Hanya satu tahun sebagai staf, tahun 1987, Pace Ayapo ini, diangkat menjadi Sekretaris Kecamatan Makki, Kabupaten Jayawijaya.
Saat itu, Bupati Jayawijaya dijabat oleh B.J. Wenas yang dikenal sangat tegas dan disiplin. Oleh sebab itu, pegawai yang hendak angkat menjadi pejabat, selain memenuhi syarat formalnya, tapi juga haruslah orang yang revolusioner, berdedikasi, loyalitas dan kecerdasan yang tinggi. Semua syarat itu, tampaknya ada pada Kristian Epa. Oleh sebab itu, secara diam-diam, B.J. Wenas jatuh hati untuk anak Ayapo yang satu ini sehingga tahun 1989 dilantik menjadi Camat Maki.
Kala itu, menjadi camat (sekarang Distrik) di Kabupaten Jayawijaya, sangatlah berat. Daerahnya terisolasi dan masyarakatnya masih sangat sederhana, menjadi tantangan bagi setiap pejabat pemerintah di kabupaten ini. Dan kondisi inilah yang membuat Kris tertantang untuk bangkit lalu menata Kecamatan Maki dan mendongkrak kehidupan masyarakat di sini.
Gebrakan yang dibuat Kris ini perlu untuk dilakukan di wilayah lain di Jayawijaya. Untuk itu, tahun 1996, Kristian Epa dipindahkan dan menjadi Camat Aslogaima.
Di Kecamatan Aslogaima, Kris tidak tinggal diam. Dengan jiwa revolusioner dan inovatif itu, Kris kembali menata sistem pemerintahan di kecamatan ini sehingga etos kerja aparat kecamatan menjadi aparat yang berdedikasi tinggi, pengayom dan pelayan masyarakat.
Bagi Kris, kalau aparat pemerintahan punya sikap dan jiwa sebagai pengayom dan pelayan, maka pembangunan kemasyarakatan pun akan berjalan baik dan masyarakat pun akan bergairah membangun dirinya dan kampungnya.
Bersama aparat kecamatan di Aslogaima, Krist terus melakukan berbagai gebrakan untuk mendongkrak kehidupan masyarakat di kecamatan ini.
Sebagai pengayom, Kris terus mendorong dan menuntun masyarakat di Aslogaima untuk menata hari depannya. Ketika masyarakat sedang giat-giatnya bangkit membangun dirinya, datang kabar dari kabupaten, bahwa pimpinannya akan ditarik dari Kecamatan Aslogaima dan akan ditempatkan di kantor bupati Jayawijaya.
Di saat itu, tahun 2000, Kabupaten Jayawijaya lagi giat-giatnya untuk meningkatkan pendapatan daerah. Untuk itu, bupati saat itu, memerlukan tenaga-tenaga yang kreatif, berdedikasi dan inovatif untuk dapat menterjemahkan kebijakan Bupati, khususnya untuk meningkatkan pendapatan daeerah. Untuk itulah, tahun 2000, Kristian Epa diangkat menjadi Kepala Seksi Pendaftaran dan Pendataan pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Jayawijaya.
Baru dua tahun bekerja, Kris langsung diangkat lagi menjadi Kepala Sub Dinas Retribusi Pajak dan Pendapatan Lain-lain pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Jayawijaya.
Tantangan pun silih berganti. Tapi Kris tak pernah goyah. Dengan tetap mengandalkan Tuhan dalam hidupnya, Kris terus berkarya untuk Kabupaten Jayawijaya. Hasilnya, pendapatan daerah dari Retribusi Pajak dan Pendapatan Lain-lain, terus meningkat.
Tahun 2007, anak Kampung Ayapo ini dilantik menjadi menjadi Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Jayawijaya.
Hambatan dan tantangan pun semakin berat. Tapi hana dengan doa Kris mampu mengatasi segala rintangan. Prestasinya ini membuat sejumlah pimpinan di kawasan pegunungan tengah mulai melirik dan jatuh hati untuk anak kampung Ayapo yang satu ini.
Sementara itu, Kris Epa pun membutuhkan suasana baru. Untuk itu, tahun 2009, Bupati Mamberamo Tengah, Ham Pagawak manarik Kris dari Jayawijaya dan dilantik sebagai menjadi Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesra Kabupaten Maberamo Tengah.
Di Kabupaten yang baru ini, Kris tak perlu menyesuaikan diri lama-lama. Anak dari Danau Sentani ini lansung tancap gas sebagai seorang pamong tulen.
Tahun 2013, ketika Kabupaten Mamberamo Tengah dihadapkan dengan berbagai persoalan, maka Bupati Mamberamo Tengah menempatankan Kris Epa sebagai Staf Ahli Bidang Pemerintahan dan Politik.
Hanya satu tahun sebagai staf ahli, lalu tahun 2014, Kristian Epa dilantik menjadi Kepala Inspektorat Daerah Kabupaten Mamberamo Tengah.
Enam tahun lamanya Kris menjadi Kepala Inspektorat lalu tahun 2020, ia ditarik kembali dan dilatik menjadi Asisten I Bidang Pemerintahan dan Hukum Kabupaten Mamberamo Tengah.
Keberpihakan dan cinta terhadap rakyat di kampung-kampung adalah prinsip dari seorang Kristian Epa. Karena prinsip inilah yang membuat Kris ditempatkan di jabatan apa saja, ia selalu memberikan kepercayaan dan tanggungjawab kepada orang kampung untuk membangun dirinya.
Ketika bertugas di Kabupaten Jayawijaya dan Kabupaten Mamberamo Tengah dari tahun 1986 hingga 2020, Kristian Epa melihat bahwa ada sesuatu yang tidak beres dalam pembangunan kemasyarakatan, yaitu hampir setiap pimpinan hanya habiskan waktu untuk urus konflik.
Sementara itu, ada paradoks yang nampak dalam kehidupan kita yaitu di satu sisi, kita kaya, tetapi rakyat tetap miskin di atas kekayataan itu. Di sisi lain, dunia birokrasi berpesta pora dengan proyek-proyek, sementara rakyat di kampung-kampung tetap miskin dan tergolong yang termiskin di atas muka bumi ini.
Bagi seorang Kris, pembangunan di mana pun, harus bermulai dari manusia dan berakhir untuk manusia. Pembangunan harus bermula dari rakyat dan berakhir untuk rakyat. “Kita bangun dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Ini yang dilupakan. Untuk itu, harus memberi dukungan kepada rakyat untuk membangun dirinya. Kita jangan sibuk dengan proyek, tapi kita harus berpihak kepada rakyat dan menghargai rakyat.
Strategi pembangunan daerah harus diarahkan untuk memberikan kepercayaan dan tanggungjawab kepada orang kampung untuk membangun dirinya.
Menurut Kristian Epa, pembangunan seharusnya diarahkan kepada penghargaan kepada harkat dan martabat manusia. Untuk itu, rakyat harus dihargai. Jangan jadikan rakyat untuk komuditi politik pribadi dan golongan. (KA)
Amin. Luar Biasa Atas Pengabdiannya Bpk Kris Epa
Tuhan kiranya melindungi Bpk sekeluarga 🙏
Terima kasih atas komentarnya