Beranda Ekbis Arti Kemerdekaan dari Pinggiran Danau Sentani

Arti Kemerdekaan dari Pinggiran Danau Sentani

1197
1
BERBAGI

NGKSenin (15/8/2022), siang itu, sekitar pukul 14.00 Waktu Papua, permukaan air, di sekitar Gelanggang Remaja di Pojok Timur Danau Sentani, di kawasan Waena, Distrik Heram, Kota Jayapura, benar-benar tenang. Langit pun cerah. Saat itu, Kristian Epa (60), sedang merapihkan pakan ikan untuk 40-an jenis ikan endemik Danau Sentani yang dipelihara dalam karamba berukuran 100 x 40  meter persegi.

Kris,  nama yang lasim disapa itu, menyebut karambanya itu sebagai Aquarium Hidup. Di dalam Aquarium Hidup itu, ada kandang ikan. Orang Sentani menyebutnya, Pukhere. Dan di dalam karamba yang dipagari dengan kawat beton itu, ada sekitar 50-an ribu ekor ikan.

Jenis Ikan endemik Danau Sentani yang ada dalam karamba itu antara lain: Khayou (gabus hitam), Himem (gabus kuning), Khahe (gabus merah), Kandey (gete-gete),  Heuw (pelangi – ada 20 jenis), Gurami, Mas (ada 3 jenis ; koy, merah dan hitam), Mujair (2 jenis; merah dan merah, Gastor, Lele, Lohan, Sepat/tambakan, Tawes, mata merah, nilem, Grasscap, Khahilo (belut). Selain itu, ada beberapa jenis ikan lainnya.

Sedangkan jenis kerang yang ada dalam keramba itu adalah  Kheika, Fele dan Keoang Mas.

“Untuk ikan,  saya mau tambah hingga mencapai 100-an ribu ekor,” ujar Kris, mantan pamong yang melanglang buana sejak 1986 – 2022 sebagai camat (sekarang kepala distrik), dari satu kecamatan ke kecamatan lain. Dari satu kepala bagian ke kepala bagian yang lain di pemerintahan di Kabupaten Jayawijaya hingga Kabupaten Mamberamo Tengah.

Ondoafi Kampung Ifale, John Suebu dan Tokoh Masyarakat Pegunungan Tengah, Bartol Paragae ketika menikmati makanan khas di Restoran Isasai

Tidak hanya karamba yang dimiliki Kris Epa. Tapi di atas karamba itu, berdiri dengan megah, sebuah restoran yang diberi nama, Isasai.

Dari bibir danau ke arah laut, dibentuk petak-petak  dan di ruang utama restoran ini, dapat dipakai untuk rapat.

Sedangkan citarasa makanan khas suku Sentani, dikekola dan disajikan oleh tangan-tangan trampil yang semuanya, anak-anak asli Papua. Kepiawaian anak-anak asli Papua di Restoran Isasai ini, sebagai bentuk dari kemerdeakaan berekspresi yang dimilikinya dalam mengelola makanan dan menyajikan setiap menu yang dipesan para pengunjung.

Tak cuma makanan dan minuman saja yang akan dapatkan saat berkunjung ke Rertoran Isasai, tapi juga suasana yang menyenangkan, menikmati citarasa yang luar biasa, serta konsep dan ide-ide yang unik sambil menikmati pemandangan Danau Sentani, ketika mentari mulai menyembunyikan dirinya di belik bukit-bukit di arah Barat Danau Sentani.

Restoran Isasai, hadir dengan konsep baru dan memiliki dan menu yang berkualitas dengan harga merakyat.

Dengan kemerdekaan berekspresi dalam menata dan melayani setiap pengunjung, membuat Restoran Isasai tampil beda, baik dari segi penataan ruangan, menu, dan pemandangan Danau Sentani yang memanjakan mata setiap pengunjung.

Hal ini pun diakui para pengunjung. “Restoran Isasai ini memang unik. Selain, penataan ruangannya, menu yang khas yang disajikan dalam wadah khusus bernuansa adat Sentani. Dan di bawa Restoran ini ada karamba yang di dalamnya ada jenis-jenis ikan asli Danau Sentani,” ungkap tokoh Adat Sentani, Ondoafi Kampung Ifale, John Suebu ketika ia bertandang ke Restoran Isasai belum lama ini.

Selain itu, salah satu tokoh masyarakat Pegunungan Tengah Papua, Bartol Paragae mengakui, bahwa keberadaan Restoran Isasai ini, sebagai bukti dari usaha seorang anak asli Sentani yang dapat dijadikan contoh buat generasi muda asli Sentani dan juga usaha-usaha restoran lainnya di pinggiran Danau Sentani.

Ondoafi Kampung Ifale, John Suebu (kiri) dan Bartol Paragae (kemeja putih) sedang menikmati makanan khas Isasai

Tentang menu makanan, Bartol mengajungkan jempol. “Menunya yang khas dan setiap pengunjung dapat menikmati indahnya alam Danau Sentani,” kata Bartol. (KA)

 

1 KOMENTAR

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here