Meningkatnya serangan fisik terhadap jurnalis merupakan keprihatinan yang mendalam.
BANGLADESH, NGK (22/11/24) – Serangan terhadap jurnalis terus berlanjut di tengah kekerasan yang sedang berlangsung.
Dalam serentetan kekerasan terhadap pekerja media di Bangladesh, jurnalis Shahidul Islam diserang dua kali dalam kurun waktu seminggu, sementara jurnalis Mohammad Junayed Sheikh diserang di kampus universitas.
Federasi Jurnalis Internasional (IFJ) bergabung dengan afiliasinya Forum Manobadhikar Sangbadik Bangladesh (BMSF) mengutuk serangan tersebut dan menyerukan pihak berwenang untuk menjamin keselamatan jurnalis dan jurnalis Bangladesh.
Pada tanggal 8 November 2024, Shahidul Islam, seorang jurnalis lokal dan staf reporter Khulna Gazette dan koresponden distrik untuk News21 Bangla TV, diserang oleh sekitar 30 orang tak dikenal menggunakan senjata buatan lokal di Rupsa upazila, yang terletak di Distrik Khulna Barat.
Islam diserang ketika dia kembali ke rumah dan ia melarikan diri untuk bersembunyi dan menghubungi pihak berwenang.
Keluarga Islam mengatakan jurnalis tersebut terluka parah dalam serangan itu dan dibawa ke rumah sakit swasta.
Menurut media lokal, Islam selama ini aktif meliput masalah lingkungan, termasuk proses pembuatan batu bara di Kuil Goalbari Poramanik Bari di Rupsa upazila.
Selama liputannya, Islam telah mengidentifikasi dan melaporkan orang-orang yang membakar kayu secara ilegal dan membuat tungku batu bara di dekat Kuil.
Pada tanggal 15 November, Islam kembali diserang di Pogaldigha College saat meliput konferensi Perkumpulan Mahasiswa. Meski ia telah menyatakan dirinya sebagai jurnalis, Nirab mengklaim kelompok penyerang menyerangnya dengan tongkat. Nirab kemudian dirawat di Kompleks Kesehatan Sarishabari Upzalila untuk perawatan.
Dalam kasus serupa, jurnalis Kaler Kantho Mohammad Junayed Sheikh diserang oleh anggota Jatiyatabadi Chhatra Dal (JCD) di kampus Universitas Jagannath pada 17 November 2024, saat merekam pertengkaran antar mahasiswa. Sheikh mengatakan sejumlah orang yang terkait dengan JCD berusaha merebut teleponnya dan menyerangnya, meskipun jurnalis tersebut sudah menjelaskan profesinya.
Pada tahun 2024, IFJ telah memantau lima kematian jurnalis di Bangladesh. Menyusul kepergian mantan Perdana Menteri Sheikh Hasina dan diperkenalkannya pemerintahan sementara baru yang dipimpin oleh Muhammad Yunus, negara ini telah menyaksikan kekerasan yang meluas dan protes nasional terhadap kuota pekerjaan kontroversial yang secara tidak sengaja membungkam suara media Bangladesh.
BMSF mengatakan: “BMSF menyerukan kepada aparat penegak hukum untuk segera menyelidiki insiden ini dan membawa pelakunya ke pengadilan. Penyerangan terhadap Shahidul Islam memicu kekhawatiran besar terhadap keselamatan jurnalis di Bangladesh. Kami mendesak pemerintah untuk mengambil langkah-langkah mendesak untuk menjamin keselamatan dan keamanan jurnalis di seluruh negeri sehingga mereka dapat melakukan pekerjaan mereka tanpa rasa takut atau hambatan.”
IFJ menyatakan: “Jurnalis harus mampu menjalankan tugasnya tanpa rasa takut akan pelecehan, intimidasi, dan kekerasan. Meningkatnya serangan fisik dan hukum terhadap jurnalis di Bangladesh merupakan keprihatinan yang mendalam, dan pemerintah sementara serta otoritas lokal di negara tersebut harus mengambil langkah segera untuk melindungi jurnalis dan pekerja media di masa transisi demokrasi yang penting ini.” (Siaran Pers IFJ)